Satu
senyum yang mengubah duniaku, adalah senyummu. Satu tawa yang menghapus air
mata ini adalah tawamu. Satu kata yang menghilangkan gulanaku adalah saat kau
memanggil namaku.
Percaya atau tidak, kita
ketika mulai terserang virus merah jambu ternyata mengalami kondisi-kondisi
yang cukup lebay seperti ini. Semua tentang dia mendadak begitu istimewa. Dia
lewat kita menoleh, memandang lekat-lekat dari jauh sampai sosoknya menghilang.
Namun, ketika dia dekat kita kerap kali menunduk malu. Hihi.. Ada getar-getar
tak biasa yang menelisik relung kalbu saat ia memanggil nama kita..
Pertanyaannya, wajarkah?
Namanya juga manusia,
wajar saja terjadi karena telah dititipkan fithrah dari-Nya. Wajar banget. Satu
kali, okelah saatnya kita menenangkan hati. Kedua kali, hmm, mungkin tidak
apa-apa. Tapi kalau berkali-kali bahkan ratusan kali? Ah, mari pertanyakan pada
diri kita seberapa pentingkah si dia? Sampai kapan kita mau ‘terpenjara’ dalam
kondisi seperti ini?
1.
Sadari.. Betapa berharganya dirimu :)
Sadari, saat
kau begitu mengistimewakan si dia, belum tentu dia mengistimewakan dirimu. Saat
kau larut dalam khayalan-khayalan indahmu tentangnya, besar sekali
kemungkinannya bahwa dia ternyata memikirkan nama lain dalam pikirannya. Sadari
lagi, bahwa kemungkinan dirimu di hatinya hanya menduduki posisi teman atau
kenalan saja. Hiks hiks..
Aduh, kamu
begitu berharga, istimewa. Begitupun juga waktu-waktu yang engkau miliki.
Alangkah sayangnya waktu yang bisa kau pakai untuk mengasah diri itu dipakai
untuk memikirkan orang yang mungkin tidak pernah memikirkanmu.. Alangkah
sayangnya kau terjebak dalam ilusi-ilusi semu, sedangkan sejatinya kau hanya
perlu mengasah diri untuk semakin berprestasi. Alangkah, alangkah sayangnyaa..
Percayalah, akan tiba suatu masa, saat engkau tersenyum bangga, karena telah
mengukir prestasi dan mungkin dalam hati berkata “ini loh yang dulu mati-matian
suka sama kamu, sekarang udah hebat aja..”
2.
Cintai yang Halal Kita Cintai
Coba tengok
foto ayah-ibu kita. Yang wajahnya kini sudah berhiaskan keriput, sisa-sisa
kelelahan atas semua kerja kerasnya membesarkan kita sejak orok sampai
sekarang. Coba perlahan-lahan kenang waktu-waktu yang telah berlalu bersama
mereka. Bukan waktu yang singkat bukan?
Belasan bahkan
lebih dari dua puluh tahun yang terlewati dengan pengorbanan tak terhitung. Ibu
kita yang menomorsekiankan nyawanya untuk melahirkan kita, yang selalu tak
cukup tidurnya hanya untuk mendiamkan kita yang terjaga saat dini hari, yang
setia menghidangkan makanan-makanan tanpa harus kita bayar di rumah. Kenang
pula ayah kita yang selalu canggung mengungkapkan cintanya pada kita. Yang
cintanya jarang terungkapkan lewat kata tapi lewat peluhnya yang menghiasi
semua kerja kerasnya. Hanya untuk melihat anaknya tumbuh sehat, tercukupi.
Bukankah, waktu yang kita lewati bersama mereka jauuuh lebih banyak dan berarti
jika dibandingkan dengan waktu dengan si
doi yang kita baru kenal? Bukankah pengorbanan si doi tidak berarti apa-apa
dengan pengorbanan yang diberikan oleh orang tua kita untuk kita?
Masa sih, kita
rela mengorbankan air mata kita hanya untuk si doi yang tak halal kita cintai.
Yuuuk, kenang orang tua kita dalam sebaik-baik doa, dengan berurai air mata
dalam shalat-shalat panjang, kita mohon pada Yang Maha Memiliki, agar ia
memberi penjagaan yang terbaik untuk mereka. Sambil meresapi do’a yang telah
diajarkan pada kita sejak kecil “Rabbighfirlii
waliwalidayyaa warhamhumaa kamaa rabbayani shaghiraa”.. Yaa Tuhanku,
ampunilah dosa-dosaku, dosa kedua orang tuaku, dan sayangilah mereka
sebagaimana mereka menyayangiku di waktu kecil. That was one of the most beautiful
du’a we have been taught :’)
3.
Merapat ke banyak majelis ilmu
Dalam grafik
iman seorang hamba, manusiawi sekali jika terjadi fluktuasi, naik turun iman.
Kadang giat beribadah, kadang futur (lemah iman). Boleh jadi loh boleh jadi,
ketika banyak waktu kita habiskan untuk mengingat si doi adalah pertanda bahwa
iman kita sedang berada dalam zona bahaya, futur men.
Olehnya, kita
tak bisa hidup sendiri, kita butuh penguat di sisi kita. Karena itu kita butuh
saudara seiman yang saling mengingatkan kita untuk mendekat dan banyak
mengingat-Nya. Kita butuh asupan ilmu dari majelis-majelis ilmu syurga yang
mengingatkan kita. Jikalau kalian mengenal atau bahkan pernah mendengar
mentoring atau liqa’, jangan buang kesempatan untuk bergabung di sana. Jangan
hobi menolak kalau teman kita mengajak “ke kajian yuk, keren tauk”. Nah, itu
sama saja kita menolak salah satu tiket ke surga. Karena dengan banyak merapat
ke majelis ilmu, grafik keimanan kita setidaknya bisa kembali naik beberapa
level. Sekaligus menjauhkan kita, dari waktu-waktu kosong berbahaya yang
membuat kita kembali mengingat si doi. Hehe
4. Ingat suami/istri masa depan, hehe
In syaa Allah, sesuai janji-Nya dalam
surat An-Nuur :26, perempuan-perempuan yang baik, adalah untuk laki-laki yang
baik (begitu pula sebaliknya), Allah telah menakdirkan kita dengan jodoh yang
sejati. Bagi seorang akhwat (perempuan), Allah telah menyiapkan telah
menyiapkan untukmu pangeran berkuda putih yang in syaa Allah shalih dan akan
tulus mencintaimu karena Allah semata. Bagi seorang ikhwan, percaya deh,
bidadari syurga di dunia itu sudah Allah persiapkan untukmu. Suami atau istri
masa depan itu adalah cinta yang halal untukmu, maka maukah menjaga kesucian
hati untuk mempersembahkan cinta paling tulus untuknya?
Jika kamu perempuan, jatuh cintalah pada orang yang menyatakan keseriusannya untuk mengkhitbahmu, mengambilmu dengan jalan cinta yang baik yaitu pernikahan.
Jika kamu laki-laki, jatuh cintalah pada orang yang mengiyakan niat baikmu ketika ingin mengambilmu dengan jalan cinta yang baik yaitu pernikahan.
5. Taqarrub ilallah
Segala puji
bagi Allah, dzat yang menghadirkan cinta sebagai penyempurna manusia sebagai
makhluk yang terbaik. Tanpa kehadiran rasa ini, manusia tidak bisa disebut
manusia. Kerap kali ketika jatuh cinta, seseorang menempatkan orang yang
dicintainya begitu istimewa, seoalah menjadi pusat gravitasi hidupnya. Senyum
karena si doi, menangis karena si doi dan habis sudah berliter-liter air mata
untuknya. Seakan lupa, seharusnya tangis seperti itu seharusnya dipersembahkan
di shalat-shalat panjang karena menangisi dosa, bukan untuk orang yang tak
halal bagi kita. Berkorban untuk Allah, masih pelit, tapi berkorban untuk si
doi, “gunung tinggi kan kudaki, samudra luas kusebrangi..”
Sejatinya,
kita dengan mudah jatuh cinta dengan orang-orang yang begitu perhatian dan
memberi banyak hal pada kita. Sadarilah,
Allah yang paling murah hati memberi banyak hal pada kita sampai hari ini,
kaki-kaki yang masih mudah menapak bumi-Nya, struktur tubuh yang sempurna
sehingga bisa menjalankan segala fungsinya, otak yang membuat kita begitu
produktif, keluarga yang baik, hidayah Islam.. “Maka nikmat Tuhanmu mana lagi
yang kamu dustakan?” Dan apa yang diberi si doi, tidak ada apa-apanya, dengan
segala nikmat yang diberikan Allah, bukan?
Karena Allah
yang menghadirkan rasa ini, maka cukup pula pada-Nya kita memasrahkan yang
terbaik. Maka kita cukupkan Allah menjadi sebaik-baiknya Dzat yang akan
melindungi hati kita dari remah dosa. Maka kita cukupkan pada diri, mencintai
sewajarnya, karena nafsu akan senantiasa berupaya menungganginya. Sambil
berupaya berbenah diri, berupaya meminta
yang terbaik bagi kita.. Jika Allah
menakdirkan dengan orang yang sedari dulu menjadi pelita di hati,
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah.. Jikalau bukan dengannya, berarti Allah
telah menakdirkan dengan orang menjadikan kita pelita di hatinya.. :’)
Allahumma aamiin..
6.
Yuk, ikut dakwah..
“Wahai orang-orang
yang beriman, jadilah kamu penolong
agama Allah, sebagaimana kaum
Dakwah, bukan hanya
sekedar ceramah di depan umum. Segalanya yang kita lakukan dalam rangka
mengajak orang ke dalam kebaikan, itu dakwah. Hanya saja, agar dakwah ini
kokoh, harus dilakukan dengan berjama’ah, agar kita memiliki penguat di sisi.
Gabung di Rohis atau LDK, mengapa tidak?
Lalu, apa korelasinya
dakwah dengan menghilangkan segala jejak kegalauan? Dengan dakwah waktu lebih
produktif, sehingga kita kehilan gan waktu kosong yang dipakai menggalau
mengingat si dia. “Saat kita tidak sibuk dengan kebaikan, kita sejatinya sedang
sibuk dengan kebathilan”.
Sungguh loh.. Amanah-amanah
dakwah membentuk kita menjadi pribadi tangguh.
No more galau. Saat kita sadari dakwah itu adalah cinta, perlahan-lahan
prioritas cinta di hati menempati keseimbangan yang paling tepat. Ada Allah dan
Rasul di hati. Ada banyak orang-orang yang kita cintai, namun belum merasakan
betapa indahnya Islam.
Saat
cinta datang hadapi ia dengan anggun
Tak
perlu lebay hingga seluruh dunia tahu bahwa kita merasakannya
Saat
cinta datang, itulah ujian olehnya kita harus memohon kekuatan juga keteguhan,
Pada
Sang Maha Pemilik hati, agar cinta pada-Nya dan Rasululah selalu menjadi nomor
satu di hati
Saat
cinta datang, biarkan ia menjadi rahasia
Cukuplah
Allah yang mengetahuinya, tersimpan dalam tempat paling dalam di sudut hati
Demi
menjaga kesucian fitrah dan izzah pemiliknya
Sampai
Allah memperkenankan meluapkan cinta itu untuk yang telah halal bagi diri
Saat
cinta datang, sadari mereka-mereka yang halal kita cintai,
Sadari
bahwa mereka telah berkorban banyak untuk kita,
Maka,
siapakah yang lebih layak kita cintai?
Saat
cinta datang, tak perlu ‘menyuruh’ Allah menjodohkan diri dengannya
Cukuplah
kita meminta yang terbaik yang Allah akan beri
Saat
cinta datang,,, dan tak kunjung dihalalkan..
Janganlah
bersedih, karena cinta dari Sang Maha Penyayang, boleh jadi terlampau besar
untukmu.. :)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar