Rabu, 25 Februari 2015

Ketika Engkau Jatuh Cinta

Satu senyum yang mengubah duniaku, adalah senyummu. Satu tawa yang menghapus air mata ini adalah tawamu. Satu kata yang menghilangkan gulanaku adalah saat kau memanggil namaku.
Percaya atau tidak, kita ketika mulai terserang virus merah jambu ternyata mengalami kondisi-kondisi yang cukup lebay seperti ini. Semua tentang dia mendadak begitu istimewa. Dia lewat kita menoleh, memandang lekat-lekat dari jauh sampai sosoknya menghilang. Namun, ketika dia dekat kita kerap kali menunduk malu. Hihi.. Ada getar-getar tak biasa yang menelisik relung kalbu saat ia memanggil nama kita.. Pertanyaannya, wajarkah?
Namanya juga manusia, wajar saja terjadi karena telah dititipkan fithrah dari-Nya. Wajar banget. Satu kali, okelah saatnya kita menenangkan hati. Kedua kali, hmm, mungkin tidak apa-apa. Tapi kalau berkali-kali bahkan ratusan kali? Ah, mari pertanyakan pada diri kita seberapa pentingkah si dia? Sampai kapan kita mau ‘terpenjara’ dalam kondisi seperti ini?

1.    Sadari.. Betapa berharganya dirimu :)
Sadari, saat kau begitu mengistimewakan si dia, belum tentu dia mengistimewakan dirimu. Saat kau larut dalam khayalan-khayalan indahmu tentangnya, besar sekali kemungkinannya bahwa dia ternyata memikirkan nama lain dalam pikirannya. Sadari lagi, bahwa kemungkinan dirimu di hatinya hanya menduduki posisi teman atau kenalan saja. Hiks hiks..
Aduh, kamu begitu berharga, istimewa. Begitupun juga waktu-waktu yang engkau miliki. Alangkah sayangnya waktu yang bisa kau pakai untuk mengasah diri itu dipakai untuk memikirkan orang yang mungkin tidak pernah memikirkanmu.. Alangkah sayangnya kau terjebak dalam ilusi-ilusi semu, sedangkan sejatinya kau hanya perlu mengasah diri untuk semakin berprestasi. Alangkah, alangkah sayangnyaa.. Percayalah, akan tiba suatu masa, saat engkau tersenyum bangga, karena telah mengukir prestasi dan mungkin dalam hati berkata “ini loh yang dulu mati-matian suka sama kamu, sekarang udah hebat aja..”

2.    Cintai yang Halal Kita Cintai
Coba tengok foto ayah-ibu kita. Yang wajahnya kini sudah berhiaskan keriput, sisa-sisa kelelahan atas semua kerja kerasnya membesarkan kita sejak orok sampai sekarang. Coba perlahan-lahan kenang waktu-waktu yang telah berlalu bersama mereka. Bukan waktu yang singkat bukan?
Belasan bahkan lebih dari dua puluh tahun yang terlewati dengan pengorbanan tak terhitung. Ibu kita yang menomorsekiankan nyawanya untuk melahirkan kita, yang selalu tak cukup tidurnya hanya untuk mendiamkan kita yang terjaga saat dini hari, yang setia menghidangkan makanan-makanan tanpa harus kita bayar di rumah. Kenang pula ayah kita yang selalu canggung mengungkapkan cintanya pada kita. Yang cintanya jarang terungkapkan lewat kata tapi lewat peluhnya yang menghiasi semua kerja kerasnya. Hanya untuk melihat anaknya tumbuh sehat, tercukupi. Bukankah, waktu yang kita lewati bersama mereka jauuuh lebih banyak dan berarti jika dibandingkan dengan  waktu dengan si doi yang kita baru kenal? Bukankah pengorbanan si doi tidak berarti apa-apa dengan pengorbanan yang diberikan oleh orang tua kita untuk kita?
Masa sih, kita rela mengorbankan air mata kita hanya untuk si doi yang tak halal kita cintai. Yuuuk, kenang orang tua kita dalam sebaik-baik doa, dengan berurai air mata dalam shalat-shalat panjang, kita mohon pada Yang Maha Memiliki, agar ia memberi penjagaan yang terbaik untuk mereka. Sambil meresapi do’a yang telah diajarkan pada kita sejak kecil “Rabbighfirlii waliwalidayyaa warhamhumaa kamaa rabbayani shaghiraa”.. Yaa Tuhanku, ampunilah dosa-dosaku, dosa kedua orang tuaku, dan sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangiku di waktu kecil. That was one of the most beautiful du’a we have been taught :’)

3.    Merapat ke banyak majelis ilmu
Dalam grafik iman seorang hamba, manusiawi sekali jika terjadi fluktuasi, naik turun iman. Kadang giat beribadah, kadang futur (lemah iman). Boleh jadi loh boleh jadi, ketika banyak waktu kita habiskan untuk mengingat si doi adalah pertanda bahwa iman kita sedang berada dalam zona bahaya, futur men.
Olehnya, kita tak bisa hidup sendiri, kita butuh penguat di sisi kita. Karena itu kita butuh saudara seiman yang saling mengingatkan kita untuk mendekat dan banyak mengingat-Nya. Kita butuh asupan ilmu dari majelis-majelis ilmu syurga yang mengingatkan kita. Jikalau kalian mengenal atau bahkan pernah mendengar mentoring atau liqa’, jangan buang kesempatan untuk bergabung di sana. Jangan hobi menolak kalau teman kita mengajak “ke kajian yuk, keren tauk”. Nah, itu sama saja kita menolak salah satu tiket ke surga. Karena dengan banyak merapat ke majelis ilmu, grafik keimanan kita setidaknya bisa kembali naik beberapa level. Sekaligus menjauhkan kita, dari waktu-waktu kosong berbahaya yang membuat kita kembali mengingat si doi. Hehe

4.    Ingat suami/istri masa depan, hehe
In syaa Allah, sesuai janji-Nya dalam surat An-Nuur :26, perempuan-perempuan yang baik, adalah untuk laki-laki yang baik (begitu pula sebaliknya), Allah telah menakdirkan kita dengan jodoh yang sejati. Bagi seorang akhwat (perempuan), Allah telah menyiapkan telah menyiapkan untukmu pangeran berkuda putih yang in syaa Allah shalih dan akan tulus mencintaimu karena Allah semata. Bagi seorang ikhwan, percaya deh, bidadari syurga di dunia itu sudah Allah persiapkan untukmu. Suami atau istri masa depan itu adalah cinta yang halal untukmu, maka maukah menjaga kesucian hati untuk mempersembahkan cinta paling tulus untuknya?
Jika kamu perempuan, jatuh cintalah pada orang yang menyatakan keseriusannya untuk mengkhitbahmu, mengambilmu dengan jalan cinta yang baik yaitu pernikahan.
Jika kamu laki-laki, jatuh cintalah pada orang yang mengiyakan niat baikmu ketika ingin  mengambilmu dengan jalan cinta yang baik yaitu pernikahan.

5.    Taqarrub ilallah
Segala puji bagi Allah, dzat yang menghadirkan cinta sebagai penyempurna manusia sebagai makhluk yang terbaik. Tanpa kehadiran rasa ini, manusia tidak bisa disebut manusia. Kerap kali ketika jatuh cinta, seseorang menempatkan orang yang dicintainya begitu istimewa, seoalah menjadi pusat gravitasi hidupnya. Senyum karena si doi, menangis karena si doi dan habis sudah berliter-liter air mata untuknya. Seakan lupa, seharusnya tangis seperti itu seharusnya dipersembahkan di shalat-shalat panjang karena menangisi dosa, bukan untuk orang yang tak halal bagi kita. Berkorban untuk Allah, masih pelit, tapi berkorban untuk si doi, “gunung tinggi kan kudaki, samudra luas kusebrangi..”
Sejatinya, kita dengan mudah jatuh cinta dengan orang-orang yang begitu perhatian dan memberi banyak hal pada  kita. Sadarilah, Allah yang paling murah hati memberi banyak hal pada kita sampai hari ini, kaki-kaki yang masih mudah menapak bumi-Nya, struktur tubuh yang sempurna sehingga bisa menjalankan segala fungsinya, otak yang membuat kita begitu produktif, keluarga yang baik, hidayah Islam.. “Maka nikmat Tuhanmu mana lagi yang kamu dustakan?” Dan apa yang diberi si doi, tidak ada apa-apanya, dengan segala nikmat yang diberikan Allah, bukan?
Karena Allah yang menghadirkan rasa ini, maka cukup pula pada-Nya kita memasrahkan yang terbaik. Maka kita cukupkan Allah menjadi sebaik-baiknya Dzat yang akan melindungi hati kita dari remah dosa. Maka kita cukupkan pada diri, mencintai sewajarnya, karena nafsu akan senantiasa berupaya menungganginya. Sambil berupaya berbenah diri, berupaya meminta
yang terbaik bagi kita.. Jika Allah menakdirkan dengan orang yang sedari dulu menjadi pelita di hati, Alhamdulillah, segala puji bagi Allah.. Jikalau bukan dengannya, berarti Allah telah menakdirkan dengan orang menjadikan kita pelita di hatinya.. :’) Allahumma aamiin..

6.    Yuk, ikut dakwah..
“Wahai orang-orang yang  beriman, jadilah kamu penolong agama Allah, sebagaimana kaum
Dakwah, bukan hanya sekedar ceramah di depan umum. Segalanya yang kita lakukan dalam rangka mengajak orang ke dalam kebaikan, itu dakwah. Hanya saja, agar dakwah ini kokoh, harus dilakukan dengan berjama’ah, agar kita memiliki penguat di sisi. Gabung di Rohis atau LDK, mengapa tidak?
Lalu, apa korelasinya dakwah dengan menghilangkan segala jejak kegalauan? Dengan dakwah waktu lebih produktif, sehingga kita kehilan gan waktu kosong yang dipakai menggalau mengingat si dia. “Saat kita tidak sibuk dengan kebaikan, kita sejatinya sedang sibuk dengan kebathilan”.
Sungguh loh.. Amanah-amanah dakwah membentuk kita menjadi pribadi tangguh.  No more galau. Saat kita sadari dakwah itu adalah cinta, perlahan-lahan prioritas cinta di hati menempati keseimbangan yang paling tepat. Ada Allah dan Rasul di hati. Ada banyak orang-orang yang kita cintai, namun belum merasakan betapa indahnya Islam.

Saat cinta datang hadapi ia dengan anggun
Tak perlu lebay hingga seluruh dunia tahu bahwa kita merasakannya
Saat cinta datang, itulah ujian olehnya kita harus memohon kekuatan juga keteguhan,
Pada Sang Maha Pemilik hati, agar cinta pada-Nya dan Rasululah selalu menjadi nomor satu di hati
Saat cinta datang, biarkan ia menjadi rahasia
Cukuplah Allah yang mengetahuinya, tersimpan dalam tempat paling dalam di sudut hati
Demi menjaga kesucian fitrah dan izzah pemiliknya
Sampai Allah memperkenankan meluapkan cinta itu untuk yang telah halal bagi diri
Saat cinta datang, sadari mereka-mereka yang halal kita cintai,
Sadari bahwa mereka telah berkorban banyak untuk kita,
Maka, siapakah yang lebih layak kita cintai?
Saat cinta datang, tak perlu ‘menyuruh’ Allah menjodohkan diri dengannya
Cukuplah kita meminta yang terbaik yang Allah akan beri
Saat cinta datang,,, dan tak kunjung dihalalkan..
Janganlah bersedih, karena cinta dari Sang Maha Penyayang, boleh jadi terlampau besar untukmu.. :) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar