Ceritanya kemarin saya ikut aksi. Hehe.
Dan sungguh, kemarin menjadi salah satu hari paling berkesan yang pernah saya
jalani. Berhubung di media mainstream terlalu banyak berita lebay yang
menyudutkan aksi, setidaknya saya ingin menulis cerita versi saya. Jujur,
sempat merasa sedih ketika baca komentar-komentar orang di berita media-media
mainstream, ada yang tulis aksi merusak, bikin kotor, terus pakai tagar
#indonesiaharusdamai. Padahal dia ga saksikan langsung loh. Cuma baca tulisan
di media dan berkomentar seenaknya. Hiks.
Alhamdulillah, kemarin Allah
memperkenankan saya menjadi salah satu bagian dari umat Islam yang melakukan
aksi #belaQuran di Jakarta. Saya bersama teman-teman dari Relawan Sahabat
Tauhid ikut dalam barisan Daarut Tauhid di bawah pimpinan Aa Gym. Jobdesk kami
adalah sebagai tim Bersih Rapi Tertib Teratur (BRTT). Kami diamanahkan berada
di barisan paling belakang jamaah, biar nanti sambil jalan, sambil membersikan
jalan dari sampah-sampah yang bertebaran^^.
Pagi hari pukul setengah 8.15, kami
bertolak menuju Istiqlal. Sepagi itu, kendaraan sudah tidak bisa merapat di
depan Istiqlal, kami turun di dekat stasiun gambir dan berjalan kaki menuju ke
sana. Ketika turun dari mobil, hati saya bergetar. Menyaksikan begitu banyak
orang dalam pakaian putih-putih berbaris, beramai-ramai menuju tempat.
“Yaa Allah sist, coba deh kamu ke sini.
Masya Allah rameee banget. Gue berasa di Makkah, berasa naik haji,” kata seorang
ibu-ibu stylish berbincang
di telepon dengan temannya. Lucu mendengarnya. Saya tertawa sekaligus terharu dalam
satu tarikan napas. Allah, satu dari 6236 ayat-Mu dilecehkan. Lalu Engkau menggerakkan jutaan orang menuju
tempat yang sama, dengan aspirasi yang sama. Kami datang Yaa Allah, sekecil
apapun kontribusi yang kami lakukan, kami tahu bahwa Engkau Maha Tahu dan tidak
akan menyia-nyiakan perbuatan ini. Saya datang Yaa Allah, meskipun saya hanya setitik buih di
antara jutaan umat yang hadir, saya percaya tidak ada amal yang remeh bagiMu.
Ketika masuk di Istiqlal, kami pun
berkumpul dengan jamaah Daarut Tauhid yang lain di bagian selasar. Rombongan
Daarut Tauhid Bandung sudah ramai, mereka yang datang dengan 20 bus sudah di
Istiqlal sebelum subuh. Semakin tinggi matahari, semakin ramai orang yang
berkumpul. Istiqlal makin ramai, entah sudah sepadat apa di luar. Banyak di
antara mereka sarapan pagi, bercengkrama, dan banyak pula di anatara mereka
yang shalat Dhuha ataupun membaca Al-Qur’an. Adem.
Menjelang shalat Jum’at, shaf-shaf
mulai rapi terbentuk di bawah terik matahari. Istiqlal benar-benar sudah padat
dengan jamaah. Setiap lantai, bagaian selasar, hingga halaman penuh dengan
jamaah. Hati kami makin bergetar. “Aku belum pernah lihat jamaah sebanyak ini
loh teh,” ucap seorang teteh Daarut Tauhid. Saya seakan merasakan euforia berada di
tanah suci dengan orang sebanyak ini.
Adzan pun berkumandang memenuhi langit
Allah dengan asma-Nya. Sungguh, seketika saat itu semilir angin lembut tiba-tiba
Allah menyapa kami. Terik kemudian berganti teduh, awan bergerak menanungi.
Kami yang sedari tadi kepanasan kembali merasa sejuk. “Hayya ‘alal falaah” berkumandang.
“Laa hawala wa laa quwwataa illa billah” saya yakin sekali, jutaan orang yang
hadir di sini menggemakan kalimat ini dalam hatinya. Kami benar-benar berharap,
aksi damai kali ini dibersamai dengan pertolongan dan perlindungan Allah.
![]() |
| Sebagian potret jamaah yang hadir |
Banyak dari jamaah perempuan ikut shalat
Jum’at yang menurut saya begitu berkesan. Khutbah yang disampaikan begitu pas
dengan kondisi, begitu juga dengan adzan kedua yang benar-benar menyejukkan
sukma. Saat shalat, imam membacakan surah Al-A’laa pada rakaat pertama dan
Al-Ghasiyaah pada rakaat kedua. Bergetar hati mendengar bacaan yang begitu
tegas. Banyak jama’ah yang terisak. Shalat di Istiqlal pra aksi saja rasanya
seperti ini, bagaimana di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi? Sungguh, harunya
itu di sini (simpen tangan di dada).
“Illaa man tawallaa wa kafaar. Fayuadzdzibuhullahul adzabaal
akbar. Innaa ilaynaa iyyaabahum. Tsumma inna ‘alaynaa hisabahum.”
“Kecuali jika ada orang yang berpaling dan kafir. Maka Allah
mengadzabnya dengan adzab yang besar. Sungguh, kepada Kamilah mereka kembali.
Kemudian sesungguhnya Kamilah yang membuat perhitungan atas mereka.”
Peserta Aksi Mulai Bergerak
Ba’da shalat, Ustadz Bachtiar Natsir mengambil
alih mikrofon dan melakukan briefing. Inti yang beliau sampaikan adalah aksi ini harus damai, harus
menjaga akhlak, dan harus
menjaga lingkungan, bahkan dipertegas lagi larangan buang sampah
sembarangan. Habieb Rizieq pun mengajarkan yel-yel yang membangkitkan semangat.
Al-Qur’an iman kami
Al-Qur’an petunjuk kami
Al-Qur’an pedoman kami
Al-Qur’an satukan kami
Peserta pun mulai bergerak. Kami dari DT
memang jalan paling terakhir sebab diamanahkan untuk bersih-bersih. Setiap
kelompok terdiri dari 10 orang yang terdiri dari anggota Relawan Sahabat Tauhid
(RST) dan jamaah umum berupa Ibu-ibuk atau bapak-bapak. Ikhwan dan akhwat
dipisah. Di kelompokku sendiri, terdapat 4 orang ibu-ibu yang masya Allah
semangat sekali bersih-bersihnya :”D. Sapu lidi, trash bag, dan dan sendok
sampah jadi senjata perang hari ini, hehe. Masalah kebersihan adalah perkara yang
sangat penting. Hal ini kerapkali jadi senjata media mainstream macam Met*o
Tivu dan K*mpas tivu dalam menjelek-jelekkan Islam.
Yang cukup mengejutkan saya adalah
ketika melihat gurunda Aa
Gym turut beserta kami. Dengan pengaruhnya yang seperti itu, saya pikir beliau
akan berada di barisan depan, memimpin orasi. Tapi ternyata :”)) beliau
membersamai kami. “Setiap lihat sampah, harus lihat amal shalih yang luar
biasa,” titah Aa Gym saat menyampaikan petuah “siapa tahu karena mungut sampai
jadi ketemu jodohnya.” Dan kemudian pasukan single lillah teriak aamiin
kencang-kencang.

Figure 2. Sewaktu Aa menyampaikan petuah
Segalanya berjalan dengan sangat lancar.
Pasukan BRTT menyisir setiap jengkal Istiqlal agar bersih dari sampah. Bungkus
sedotan, bungkus permen, sepotong tisu, tidak luput dari sweeping. Masuk semua ke trash bag. Komando
pun berlanjut keluar
gerbang Istiqlal. Tim saya kebagian area menyapu dekat Katedral. Sempat terharu disemangatin sama
bapak-bapak pedagang di sekitar lokasi. Sempat hampir ngakak pas ada
bapak-bapak lewat bilang “Ini baru muslimah sejati”. Apa hubungannya Pak?
Banyak dari kami berharap bisa ikut longmarch sampai patung kuda. Akan
tetapi, komando dari guru menyatakan untuk kembali ke Istiqlal. Sebenarnya agak
kecewa saat itu, pasti akan keren sekali menyaksikan lautan masa yang sudah
jalan lebih dulu. Tapi, yasudah, yang penting sami’na wa atho’na. Belakangan
saya ketahui, ternyata jalanan sudah terlampau padat hingga memang sudah tidak
bisa lewat sama sekali. Dalam hati mikir, ini sebanyak apa orangnya? Sejak pagi
jaringan kacau, sms aja kesulitan, apalagi internetan. Saya tidak tahu update
peserta sebanyak apa.
Sampai sebelum maghrib, kami di
Istiqlal. Membersihkan sampah yang terlihat dan kemudian asik foto-foto. Langit
sore nampak begitu
indah. Tidak ada lagi terik sejak adzan berkumandang. Awan berarak menaungi,
namun tidak sedikitpun menitikkan tetes hujan. Ahh, pertolongan Allah ini
begitu indah. Saya menatap langit dengan senyum syukur, hari ini berlalu dengan
damai..
Keterkejutan yang
Menyesakkan.
Kami memutuskan pulang sebelum maghrib datang. Harapannya,
agar bisa shalat maghrib dengan pakaian lebih wangi dan segar. Namun realita
memang tidak semudah banyangan dalam pikiran. Busway sekitar Istiqlal tidak
beroperasi dan qadarullah, tidak ada grab car yang mau mengangkut kami. Waktu
sore sebelum maghrib tentu saja puncak kepadatan lalu lintas dengan banyaknya
orang pulang kerja. Apalagi dengan aksi hari ini… Kami berjalan kaki cukup
jauh, melintasi daerah yang telah dilewati peserta aksi hari ini. Namun lagi-lagi,
tidak ada grab yang bersedia.
Waktu saat itu sudah menunjukkan lewat pukul 18.00, langit
semakin gelap, adzan sudah sejak tadi berkumandang. Jadilah kami saat itu
memutuskan shalat di mushala KFC yang dilewati. Setelah shalat, kami makan
malam. Obrolan meja kami masih riuh dengan tema 411 hari ini. Menyenangkan.
Sampai kemudian, pukul 19.40, grup telegram ramai dengan postingan tentang
tembakan gas air mata lalu peringatan untuk tidak keluar dulu. Suasana mulai
tidak kondusif. Petugas KFC bahkan mengunci pintu, mencegah masuknya gas air
mata yang menyeruak masuk. Lampu di depan juga dimatikan.
Hati saya sesak. Bukan karena ketakutan karena belum bisa
pulang. Sepanjang hari ini segalanya berjalan dengan begitu lancar, bagaimana
bisa hal ini terjadi? Ternyata memang provokator berulah. Mungkin mereka gerah
melihat aksi berjalan damai sepanjang hari. Mana ada pula ormas Islam hari itu
pakai celana jeans ketat, bertopi gaul, bercelana pendek pula. Lutut itu aurat.
Yakali dia amnesia batas aurat.
![]() |
| Peserta aksi sebenarnya justru di belakang. Yang ini entah siapa. |
![]() |
| Ada yang salah kostum |
Kami tertahan selama kurang lebih 1,5 jam sampai memutuskan
sendiri untuk pulang setelah berhitung dengan kondisi di luar. Sebenarnya, saya
menyaksikan jalan di depan tempat kami baik-baik saja. Media TV (apalagi yang
mainstream) memang sering berlebihan dalam menyampaikan berita. Kami berjalan
cukup jauh untuk menjauhi TKP dan memesan grabcar di sana. Alhamdulillah, pukul
21.30, dua mobil grab car pesanan kami sudah bergerak menuju Menteng Atas.
Tidak kurang apapun.
Benar-benar.. Praktikum jiwa tenang, seperti Ustadz Hasan
sampaikan di kelas.
Sedih sekali baca komentar-komentar di media
mainstream itu. Mereka tidak ada di lokasi, namun latah berkomentar. Termakan
provokasi media. Ikut serta menggemakan fitnah.
Kepada mereka yang menuliskan dan memberitakan
kebohongan-kebohongan itu, kepada mereka yang memprovokasi masyarakat.
Sesungguhnya Allaah Maha Tahu. Allaah tidak tidur. Allah Maha Tahu apa yang
anda semua rencanakan dan Allah adalah sebaik-baik pemberi balasan.
Kuatkan doa. Hasbunallahu wa ni'mal
wakiil.. Ni'mal maulaa wa ni'man nashir..



Tidak ada komentar:
Posting Komentar